Menyandang sekolah favorit menjadi tantangan tersendiri bagi civitas SMA Negeri 1 Makassar. Selain dikenal sekolah favorit, SMA Negeri 1 juga dikenal dengan peserta didik dari kalangan ekonomi menengah ke atas. Hal ini menjadi menjadi beban tersendiri bagi guru dan keluarga besar sekolah.
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Makassar atau sering disebut Smansa Makassar merupakan salah satu sekolah yang berdiri sejak jaman penjajahan Belanda.
Dalam perkembangannya, sekolah yang berada di jantung Kota Makassar ini dari tahun ke tahun semakin menunjukkan eksistensinya sebagai salah satu sekolah yang difavoritkan di wilayah Indonesia Bagian Timur.
Dengan segudang pengalaman dan kegigihan para pendidik, SMA Negeri 1 Makassar berkembang dengan pesat. Terbukti, dari standar Nilai Evaluasi Murni penerimaan siswa baru yang meningkat setiap tahunnya, prestasi siswa di bidang ekstrakurikuler yang maju, menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Demikian pula dengan mutu lulusannya yang selalu berhasil masuk SNMPTN, tes SBMPTN serta banyak yang masuk ke perguruan tinggi ternama di Indonesia.
Kepala SMAN 1 Makassar, Arifin Tamma, mengatakan bahwa menjadi tanggung jawab semua civitas SMA Negeri 1 Makassar untuk mempertahankan posisi sebagai sekolah unggulan dan favorit masyarakat Sulawesi Selatan, khususnya Kota Makassar.
“Kami dan guru, juga para alumni terus berupaya untuk mempertahankan kualitas dan posisi sebagai sekolah favorit. Mulai dari proses belajar mengajar, prestasi sekolah, hingga kegiatan siswa. Semua hal terkait kemajuan sekolah, kami komunikasikan bersama,” papar Arifin.
Arifin mengaku bahwa menjadi sekolah unggulan menjadi beban tersendiri, apalagi berada di pusat ibukota Sulawesi Selatan. Semua hal terkait persoalan sekolah, selalu menjadi isu yang harus dihadapi dan dicarikan solusinya.
“Mungkin jatuhnya jarum kecil di sekolah kami akan terdengar dan menjadi pembicaraan. Kalau itu bagus sih tidak masalah. Kadang persoalan kecil saja, misal masalah toilet pun menjadi isu yang harus kami hadapi. Sehingga seluruh guru dan sivitas SMAN 1 ini harus terus menjaga dan berkoordinasi terus agar tidak menjadi persoalan berarti,” paparnya.
Terkait proses belajar mengajar, SMAN 1 Makassar selalu mengikuti dan menerapkan kebijakan serta peraturan nasional yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dengan jumlah guru sekitar 70 orang, SMAN 1 Makassar juga menerapkan kurikulum 2013 dan menggunakan belajar full day school.
“Sebagai sekolah rujukan, bahkan jadi pilot projek di daerah, kami selalu dituntut mengikuti kebijakan pusat. Apa pun itu, siap tidak siap kami harus selalu siap menjalankan semua peraturan dan kebijakan dari Kemendikbud,” ujar Arifin.
Karenanya, kata Arifin, pihak sekolah selalu mewajibkan guru untuk meningkatkan kompetensi dan teknik mengajar. Serta meningkatkan pengetahuan seiring perubahan jaman.
“Kami selalu beri kesempatan kepada semua guru untuk belajar kembali dan meningkatkan pengetahuan melalui berbagai pelatihan. Baik dari pusat maupun yang diselenggarakan oleh daerah,” ujar Arifin yang baru menjabat sebagai PLT Kepala Sekolah SMAN 1 Makassar pada Agustus 2019 lalu.
Hal ini juga dibenarkan oleh Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum Dr Hj. Arifah. Menurutnya, setiap guru diwajibkan mengikuti aturan dan beban yang dipikulkan pihak dinas terkait. Mulai pembuatan modul hingga laporan kemajuan prestasi siswa.
Selain mengikuti pelatihan, kata Wakasek, juga sering didatangkan pemateri yang berkompeten terkait sistem pengajaran. Termasuk mendatangkan pemateri dari Kemendikbud jika pas berada ke Makassar.
“Sekedar untuk berbagi ilmu pengetahuan dan peningkatan pengajaran, kami datangkan pembicara dari kampus. Bahkan jika ada pemateri dari Jakarta yang bertepatan datang ke Makassar, kami selalu undang untuk memberi materi kepada guru-guru dan siswa di sini,” ungkapnya.
Untuk melakukan evaluasi program dan peningkatan proses belajar mengajar. Setiap hari Senin, guru-guru dan Kepala Sekolah menggelar rapat evaluasi terkait sejumlah persoalan di sekolah. Mulai proses belajar mengajar hingga persoalan siswa lainnya.
Sedangkan untuk meningkatkan kompetensi guru. Dilakukan komunikasi sesama guru di sekolah, baik formal maupun nonformal. Juga digelar komunikasi guru mata pelajaran yang rutin dilakukan setiap sebulan sekali dalam kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajar (MGMP).
“Masing-masing guru bidang studi selalu rutin menggelar pertemuan untuk membahas kompetensi dan persoalan mata pelajaran masing-masing. Sehingga kami bisa mengikuti perkembangan dan kondisi kekinian,” ungkap Arifah.
Sekolah yang berdiri di area tanah 12.979 m2 ini memiliki fasilitas yang lengkap. Mulai ruang kelas, ruang guru, perpustakaan, ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS), koperasi sekolah, laboratorium fisika, kimia, komputer dan laboratorium Bahasa, serta masjid Darul Ulum. Bahkan untuk kegiatan siswanya, SMAN 1 Makassar memiliki ruang sanggar pelajar, lapangan bulutangkis, basket, dan lapangan futsal serta memiliki Kebun Mini Sekolah.
Namun sayang, seiring berjalannya waktu, gedung sekolah SMA Negeri 1 Makassar yang terbilang megah dan diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daud Yusuf itu, kini sudah tidak layak guna lagi. Sehingga harus dilakukan rekonstruksi, sesuai petunjuk Gubernur Nurdin Halid dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy saat meninjau UNBK tahun 2018.
“Setelah ada kajian dari pihak PUPR pada 2017 lalu, bangunan sekolah ini hanya 30 persen lagi bertahan. Bahkan pak Mendikbud Muhadjir Effendy dan Gubernur Nurdin Halid sudah menginstruksikan pembangunan kembali ruang belajar yang tiga lantai itu,” ungkap Wakil Kepala SMA 1 Bidang Sarana.
Gedung tiga lantai yang dibangun tahun 1980-an itu, sudah nampak lusuh dan beberapa cat terkelupas. Bahkan ada sebagian atapnya yang sudah jatuh. Basri mengatakan, SMAN 1 Makassar telah dikunjungi banyak tokoh penting seperti Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan mengusulkan agar segera dilakukan pembangunan gedung baru.
“Sudah ada proposal yang kami buat dan ajukan ke pusat. Tapi tentu kalau menunggu pasti lama. Kami harap pemrov bisa memberikan perhatian secepatnya,” harapnya.
Menghadapi persoalan gedung yang diresmikan pada 14 April 1982, dan proses belajar mengajar siswa. Akhirnya, pihak sekolah menutup 33 ruangan kelas yang berada di gedung berlantai tiga itu sejak 2017. Pihak sekolah pun terpaksa menyulap ruang aula menjadi ruang belajar mengajar. Beberapa ruangan seperti ruangan laboratorium, perpustakaan, dan ruang tata usaha pun berubah menjadi ruang kelas.
“Kami diinstruksikan mencari gedung untuk proses belajar menagajar. Namun di Makasar ini tidak ada yang layak. Selain itu siswa di sini bersikukuh untuk belajar di sekolah meskipun harus di tenda. Akhirnya kami tetapkan untuk tetap belajar di sini,” ungkap Kepsek Arifin Tamma.
Komunikasi dengan Komite Sekolah pun sudah terjalin dengan baik. Bahkan alumni SMAN 1 Makassar pun terjalin dengan baik. Sehingga semua persoalan dihadapi bersama. Termasuk terkait ruang belajar.
“Ada beberapa ruang belajar yang disulap itu, dengan fasilitas ac dan lainnya hasil urun rembug orang tua siswa. Bahkan ada orang tua yang mau membangunkan ruang belajar, yang penting anaknya belajar dengan nyaman,” ungkap Arifin.
Terlepas dari banyaknya persoalan di sekolah ini, tetapi selalu menjadi incaran lulusan SMP antuk bisa menjadi siswa SMAN 1 Makassar.Seperti diungkapkan oleh Yudha Pamungkas Pratama. Siswa Kelas XII IPA 2 ini mengaku saat daftar banyak yang mendaftar dan dirinya sempat meragukan kualitas sekolah yang pernah menjadi rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) ini.
“Awalnya saya ragu dan takut sekolah di Smansa, karena ada isu tawuran antarsiswa. Namun setelah saya masuk dan belajar, ternyata saya terdorong untuk berprestasi di sekolah ini. Benar-benar suasana yang memotivasi siswa belajar dan berprestasi. Mulai guru hingga sarana prasarananya lengkap,” ungkap Yudha.