Fashion show busana Jepang menjadi pemandangan berbeda dalam Pagelaran Seni Sman 1 Makassar yang digelar Sabtu, 29 Februari 2020. Dalam fashion show itu, siswa Smansa mengenakan baju khas pelajar Jepang dan baju tradisional Jepang.
Pertunjukan itu menjadi warna tersediri dalam rangkaian acara pagelaran seni tersebut yang memang salah satu agendanya adalah fashion show baju tradsional. Yang lebih menarik, pembina sekaligus guru bahasa Jepang Smansa, Sensei Megawati, tak mau ketinggalan. Dengan pakaian tradisional Jepang yang ia kenakan, ia tak mau kalah dengan siswa model fashion show dengan berlenggak di atas catway.
Dalam pagelaran busana itu juga didampingi salah seorang guru yang diutus langsung dari Jepang, Miwa. Di kelas, ia lebih dikenal dengan sebutan Miwasensei. Dalam bahasa Jepang, Sensei memiliki arti ‘guru’ sehingga siswa menyebutnya Miwasensei, artinya guru Miwa.
Miwasensei menjelaskan bahwa siswa(i) SMA di Jepang memiliki dua tipe seragam. Ada sekolah yang memakai seragam Se-ra- fuku untuk siswi dan Gakuran untuk siswa. Ada juga sekolah yg memakai bure-za (blazer).
Seragam tersebut dipakai selama lima hari sekolah dalam sepekan. Yang diganti hanya kemeja dalam saja. Seragam musim panas dan musim dingin pun berbeda.
Dibalik keunikan baju sekolah seragam Jepang itu, Miwasensei memiliki pandangan tersendiri perihal seragam sekolah yang ada di Indonesia khususnya di Smansa. Ia menyatakan bahwa seragam sekolah di Indonesia lebih variatif dan tidak monoton. Setiap hari berbeda.
Di Smansa sendiri setiap hari Rabu siswa wajib mengenakan baju batik sekolah. Hal itu yang membuat dia memiliki rasa senang tersendiri dengan harmonisasi pakaian sekolah tersebut.
“Sangat senang melihat seragam siswa SMA di Indonesia yg beranekaragam, tidak monoton, khususnya di Smansa Makassar yang memiliki seragam batik lontara yg didesain khusus untuk siswa,”ungkapnya seperti dilansir dari tulisan Megasensei di halaman facebooknya. (rw)
